Jumat, 09 Desember 2016

Tampil Cantik, Rapi, dan Anggun dengan Klip Hijab Turki

Bunda yang cantik dan shalihah pasti sudah enggak asing dengan benda kecil yang satu ini. Yang membuat hijab Bunda dan si kecil jadi lebih rapi, cantik, dan anggun. Fungsinya adalah untuk merapikan hijab yang dipakai. Sekarang sudah enggak jamannya lagi loh main tusuk menusuk, pakai peniti atau jarum pentul. Selain kalau kena kulit sakit, juga terkesan kurang rapi kan?
Sudah tahu belum Bund, ada solusi yang lebih praktis dan menambah anggun dan rapi hijab yang dipakai? Si kecil pun ternyata juga bisa memakainya sendiri loh untuk melatih kemandiriannya.  Yaitu  klip dan magnet hijab Turki.

Klip hijab Turki ini merupakan asesoris muslimah yang digunakan untuk menjepit hijab dibawah dagu Kenapa dinamakan Klip Turki? karena memang tadinya klip ini digunakan dan produksi di Turki. Tapi, sekarang sudah banyak negara lain yang memproduksi klip Turki dengan harga yang lebih murah. Tentu untuk kualitas, tetap belum bisa mengalahkan klip produksi Turki yang asli. Memakainya pun sangatlah mudah, hanya tinggal dorong saja pada bagian hijab bawah dagu untuk merekatkannya. Gampang kan Bunda? Pasti beda kalau kita pakai peniti atau jarum pentul, resiko tangan tertusuk atau meninggalkan lubang kecil di hijab pasti ada. Nah, dengan klip hijab dan magnet Turki ini, semuanya akan baik-baik saja.  

Apa sih keuntungan memakai klip dan magnet  hijab Turki ini?
1. Asesoris ini solusi aman pengganti jarum pentul dan peniti
2. Aman untuk dipakai balita sampai lanjut usia
3.  Anti karat karena terbuat dari baja anti karat (stainless steel)
4.  Melindungi hijab dari lubang peniti dan noda logam
5. Lebih kuat menjepit dan enggak gampang merosot

Cara pakainya gimana sih?
1.  Klip hijab ini bisa disematkan di bawah dagu













2.  Bisa dijadikan hiasan di sisi hijab












3. Hijab jadi lebih terbentuk pada sisi kening



 










4. Sebagai pengait ekor hijab di belakang, sehingga hijab terlihat lebih simpel
5. Bisa juga disematkan di dada dijadikan bros












Mau tambah cantik, anggun, dan rapi seperti ini Bunda? 


Yuk, kunjungi HAYA (modest) STUFF 👇 ⇣ WA:08990067676 / LINE 👇 line.me/R/ti/p/%40hayastuff. https://www.instagram.com/hayastuff/
HayyaStuff  hanya menjual yang ORIGINAL. Import langsung dari Turki. 

#Review Product 


Rabu, 07 Desember 2016

Pentingnya Cek Mutasi Bank, Sebelum Barang Dikirim

Sebagai penjual online, saya pun sering belanja online. Dan kalau saya perhatikan, tak jarang penjual online itu males ngecek mutasi rekening sebelum barang dikirim. Menurut saya mengecek mutasi rekening itu penting. Kenapa? Berdasar pengalaman selama ini, ada beberapa peristiwa di balik layar yang bisa jadi pelajaran:

1. Beberapa tahun yang lalu, ada customer saya yang memang sering belanja memberi tahu bahwa dia sudah akan transfer, posisi dia ketika itu sedang antri di ATM. Dan mohon barang dikirim sore itu juga. Karena memang waktu pengiriman sudah mepet, maka saya minta asisten toko untuk menyertakan paket beliau di pengiriman hari itu. Dan ternyata sampai malam transfer beliau belum masuk jg. Saya lupa apa jawab beliau pas saya kroscek. Malem2 saya telpon jne pusat bogor, agar paket dgn resi sekian dicancel aja. Alhamdulillah bisa, dan saya harus ke jne pusat untuk mengambil kembali paket itu. Akhirnya beliau saya delcont dari kontak BBM dan FB.

2. Beberapa kali ada kejadian kelebihan transfer, misal yang harusnya transfer 300rb keliru pencet jadi 3jt, yang harusnya 175rb kelebihan nol jadi 1.750.000. Beberapa kali kejadian seperti itu. Ada juga yang harusnya transfer ke olshop lain, malah transfernya ke rekening saya...ya salam, ajiib... Dan ketika saya dikonfirmasi, dengan senang hati uang2 itu saya transferkan kembali.


3. Ada juga yang harusnya transfer 1.101.500, eh yang masuk cuma 1.500 doang. Dan ini nyata...tapi saya gak bersuudzon, mungkin beliau kurang mencet angkanya atau mungkin pas transfer lagi galau. Ketika dikonfirmasi ke beliau,...akhirnya mereka transfer ulang.


4. Ada yang bilang sudah transfer, tapi saya cek mutasi ga ada yang masuk. Akhirnya saya minta print out ke bank. Dari hasil print out, ternyata ada kegagalan transaksi, jadi memang uangnya belum masuk ke rekening saya. Dan beliau bersedia mentransfer ulang. 


5. Seingat saya, selama 5 tahun jualan online hanya sekali saya kecolongan senilai Rp 300rb. Ceritanya, konsumen itu bilang sudah transfer antar bank, dan ketika itu, saya lagi ga bisa cek internet banking, akhirnya dengan berprasangka baik bahwa beliau beneran sudah transfer, kami kirim paket itu. Dan ternyata sampai beberapa hari, uang senilai itu gak masuk-masuk juga di rekening saya. Dan... aku tertipu olehmu 😀

 
6. Ada yang kirim bukti transfer palsu, karena fotonya terasa aneh, dan benar juga memang gak ada uang masuk sesuai jumlah yang ditransfer menurut pengakuan, setelah saya cek via internet banking. Bahkan saya akhirnya didelcont dari kontak bbm nya.


7. Mungkin masih ada contoh lainnya :)


Semoga bermanfaat...

Sabtu, 05 November 2016

MOMPRENEUR

MOMPRENEUR
Saya mendefinisikan judul di atas dengan kalimat seorang ibu rumah tangga yang nyambi berwira usaha. Jadi pada dasarnya dia adalah seorang ibu rumah tangga sepenuhnya, tapi di sela-sela kesibukannya menjadi ibu rumah tangga, dia juga mengembangkan dirinya dengan berwira usaha. Dan begitulah selama 13 tahun kehidupan yang saya jalani.
Menjadi seorang mom entrepreneur adalah salah satu cara saya mengisi waktu luang sembari membesarkan anak-anak. Selain untuk mengisi waktu luang, berwira usaha bagi saya adalah cara melarikan diri dari rutinitas urusan rumah tangga alias penghilang stress.
Kenapa? Karena dengan mengurusi barang dagangan atau hitung menghitung uang merupakan kenikmatan tersendiri bagi saya. Sehingga hidup tidak terasa monoton dan menyenangkan.

BERJUALAN ADALAH HOBBY
Teringat waktu saya kecil, mungkin sekitar usia SD merengek-rengek pada ibu saya agar diperbolehkan berjualan es juice di depan rumah. Bayangan aktifitas berjualan es juice itu selalu membayangi saya, sepertinya menarik dan asyik.
Tapi, mungkin karena orang tua saya bukan dari dinasti pedagang, jadi permintaan saya itu sesuatu yang lucu, sehingga ibu tidak mengabulkan keinginan saya untuk berjualan es juice.  Dengan alasan,  nanti kalau nggak laku gimana? Malu sama tetangga dan alasan yang lainnya. Akhirnya batallah mimpi saya itu.
Tapi tak berhenti sampai di situ. Meski saya dilarang berjualan es juice, ibu saya nggak melarang saya untuk menjual majalah-majalah bekas saya dan adik saya yang menumpuk di gudang.  Majalah bekas itu seingat saya, saya jual Rp 25/buah. Pembelinya adalah anak-anak tetangga. Dan banyak  yang berminat dengan majalah bekas kami itu.
Begitulah riwayat kegiatan bisnis saya, kegiatan jual- menjual ini juga berlanjut hingga saya kuliah.
BERBISNIS SAMBIL MENGASUH ANAK
Berkomitmen untuk menjadi seorang full time mother ketika memutuskan menikah di tahun 1998 membuat saya untuk sementara waktu vakum dari dunia jual beli yang saya sukai sebelumnya. Hal ini dikarenakan saya harus ikut suami ke kota di mana suami saya bekerja dan saya pun belum mempunyai banyak teman di kota ini. Dan memasuki dunia baru sebagai seorang istri dan ibu seorang putri.
Jadi untuk sementara waktu keinginan untuk kembali berjualan hanya berupa angan-angan. Kesibukan saya ketika itu adalah mengajar dan menterjemah sesuai dengan bidang saya ketika kuliah.
Setelah anak pertama saya mulai sekolah play grup di usia 3 tahun, saya mulai melirik dunia jualan lagi dengan seijin suami.  Dengan berpikiran kalau saya jualan kan bisa nganter anak ke sekolah sambil jualan, main ke rumah teman sambil bawa jualan, arisan sambil bawa jualan. Daripada Cuma ngomong-ngomong aja, kan mending sambil jualan dapat uang. Begitulah cara berjualan yang saya lakukan awal-awal memulai bisnis, yaitu sekitar tahun 2002.
Karena memang komitmen awalnya menjadi seorang ibu rumah tangga, maka bisnis saya hingga saat ini masih ada di rumah. Belum berani membuka tempat di luar rumah. Yang dalam bayangan saya, bila bisnis saya maju, pasti ada konsekuensi nya bagi keluarga, yaitu waktu buat anak-anak. Karena, semakin maju usaha kita, maka effort yang dibutuhkan akan semakin besar. Padahal saya masih punya dua  anak balita, yang masih butuh perhatian lebih dan belum mandiri. Maka, saya masih bertahan untuk tetap bisnis di rumah dengan dibantu asisten toko.











 (Dua asisten toko Griya Muslimah Bogor)



MEMULAI BISNIS TANPA MODAL
Segala sesuatu bila dikerjakan dengan senang hati, pastilah tidak terasa berat. Demikian juga dengan jual menjual ini. Pertama kali merintis usaha setelah menikah, adalah dengan meminjam barang dari seorang teman yang punya usaha konveksi di Jogja. Awal kulakan ini, bermodalkan kepercayaan dari teman saya tersebut.
Pertama kali yang saya jual, gamis, kerudung, dan baju muslim anak dengan sistem konsinyasi, karena memang saya belum punya modal. Mau minta/pinjam suami kurang enak,  mau pinjam ortu juga kurang enak. Akhirnya pinjam barang dulu, setelah barang laku, baru saya bayar. Dan kalau nggak laku, boleh dikembalikan. Baiknya ya ...
Pada waktu itu, saya jualannya dengan saya bawa ke sekolah anak saya di TK. Sambil nganter sekolah atau kalau ada pertemuan orang tua murid, saya sambil bawa dagangan. Atau pas acara terima raport atau perpisahan, biasanya saya ikut bazar.
Begitulah, hingga akhirnya ada beberapa uang terkumpul dari jualan saya itu. Uang jualan saya bisa terkumpul lumayan, karena memang nggak saya pakai untuk keperluan lain, seperti untuk beli-beli baju atau yang lainnya. Mulailah uang itu saya gunakan untuk melebarkan sayap, yaitu dengan kulakan sprei ke pasar tanah abang.
Pertama kali punya showroom adalah di ruang tamu, ada sebuah etalasi kecil dan sebagian barang ditumpuk di kursi tamu. Waktu itu rumah kami masih ngontrak. Setelah punya rumah sendiri, kami sengaja membangun ruangan depan sebagai showroom dagangan saya, hingga akhirnya saya pindahkan showroom di sebelah rumah saya yang kebetulan dikontrakkan. Karena memang barang dagangan saya semakin lama semakin banyak, sehingga membutuhkan ruangan yang lebih besar. Akhirnya griya muslimah bogor punya showroom sendiri. Dan hampir 5 tahun saya mengontrak rumah itu.
SUKA DUKA MENJADI MOMPRENEUR
Tidak mudah memang, berwira usaha sambil mengasuh anak. Harus bisa membagi waktu dengan baik. Karena memang komitmen awalnya adalah sebagai ibu rumah tangga, jadi mau tidak mau kadang urusan bisnis menjadi nomer kesekian.
Ya memang tidak bisa mendapatkan hasil yang maksimal. Karena untuk mendapatkan kesuksesan, butuh konsentrasi tinggi dan konsekuensi yang besar.  Selain itu, suami saya lebih suka kalau saya lebih banyak mengurus rumah tangga. Meskipun begitu, suami saya tidak melarang saya untuk tetap menjalankan bisnis dan berusaha memaklumi kesibukan saya. Bahkan suamilah yang memberikan berbagai fasilitas untuk menunjang kelancaran bisnis saya, antara lain bb, tab, komputer, dan rumah yang free wifi, sehingga saya bisa menjalankan bisnis dari rumah dengan tidak meninggalkan kewajiban saya sebagai seorang ibu rumah tangga.
Seorang mom entrepreuner memang yang paling penting adalah dukungan keluarga, terutama suami. Karena tanpa dukungan mereka, mustahil semuanya akan bisa dikerjakan dengan baik.
Sukanya dalam bisnis adalah kita bisa menjadi punya banyak teman, karena seringnya kita berinteraksi, kadang membuat kita jadi akrab satu sama lain. Meski kita tinggal di rumah dan ga bisa eksis di luar karena memang repot dengan anak dan urusan rumah tangga, serta  urus bisnis, kita masih tetep punya teman. 
Bahkan karena sudah akrab, kalau misalnya lagi nggak punya asisten toko, mereka biasanya kalau butuh belanja, akan ngabari dulu dan kalau kebetulan saya sedang repot dengan anak, biasanya saya persilakan untuk melayani sendiri, menulis nota, serta menghitungnya sendiri.  Dan karena sudah agak lama kenal, maka saya pun percaya saja. Alhamdulillah,  sepertinya belum ada kejadian buruk yang menimpa usaha saya. Dan semoga demikian seterusnya.
Menjadi problem tersendiri kalau asisten toko resign dan belum dapat gantinya. Dan kalaupun dapat ganti baru lagi, masih ada tugas lain yaitu mentraining nya. Mentraining atau mengajari asisten toko yang baru bukan pekerjaan mudah, karena waktu saya yang terbatas untuk mengajari mereka, jadi kalau anaknya agak pinter, dia akan cepat belajar sendiri dan segera menyesuaikan diri dengan pekerjaan barunya. Tapi, kalau anaknya kurang tertarik dengan pekerjaannya atau merasa ribet, biasanya dia akan mengundurkan diri.
Dan saya biasanya menyerahkan sepenuhnya keputusan pada mereka untuk lanjut atau tidak kerja di sini dan bekerja sesuai kebutuhan mereka. Maksudnya saya belum berani membuat kontrak tertulis untuk mengikat mereka agar terus kerja di sini.
Pengalaman pahit lain, ketika awal memulai bisnis adalah barang dipinjam teman dan barang yang sudah dibeli, nggak dibayar oleh konsumen mereka. Sedangkan teman saya ini kondisinya juga kurang mampu untuk melunasinya dulu.
Akhirnya karena sampai beberapa tahun nggak ada solusi, jadinya saya ikhlaskan saja. Semoga menjadi tambahan pahala saya di akhirat nanti.
BISNIS SAYA SAAT INI
Awal-awal memulai bisnis dulu, banyak yang coba-coba saya jual antara lain: tas, sprei, kerajinan tangan, produksi kerudung kaos, manset, dll. Tapi, untuk saat ini fokus pada 3 produk, yaitu kaos kaki, baju muslim anak LaBella, baju renang muslim/ah SULBI. Untuk ke-3 produk itu saya menjadi distributor dan agen, yang semua barangnya saya ambil langsung dari produsen.
Mengapa saya saat ini fokus pada tiga produk tersebut?
1.   Karena saya masih ada balita yang masih butuh perhatian lebih. Karena kalau semakin banyak produk yang kita jual, maka effort saya ke bisnis pun akan lebih besar dan waktu untuk anak-anak pun otomatis akan tereduksi juga. 
     Tiga produk saya itu, masing-masing punya keunggulan. Kaos kaki adalah barang yang selalu dibutuhkan, tidak seperti baju yang kadang ada masa panen dan masa paceklik. Baju muslim anak LaBella adalah baju muslim anak dengan kualitas bagus dan harga terjangkau, serta tidak hanya dicari pada saat mau lebaran saja. Kalau baju renang muslimah  belum banyak yang menjualnya, jadi masih banyak peluang pasarnya.
3.    Modal yang terbatas. Sebagai distributor dan agen suatu produk, pasti ada target pembelian yang harus kita patuhi. Karena setiap produsen menerapkan kewajiban belanja dengan nominal tertentu kepada para distributor atau agennya. Itu artinya kita harus menyiapkan budget setiap bulan untuk wajib belanja barang. Dan kalau banyak barang yang kita jual, tentu butuh tambahan modal juga tentunya.
Siatem pemasaran saya saat ini masih dengan cara online,  via facebook, instagram, twitter, BBM, Whatsapp dan stock barang ada di rumah. Mengingat saya masih punya balita di rumah, yang masih butuh perhatian lebih. Sementara mencari pengasuh anak atau pun asisten toko yang baik dan loyal tidaklah mudah.
Dengan stock barang yang ada di rumah, ketika asisten toko sedang berhalangan atau pun sedang tidak ada sama sekali yang membantu melayani, aktifitas bisnis bisa tetap jalan, tinggal kita pandai-pandai saja berkomunikasi dengan pelanggan atas kondisi kita. Alhamdulillah selama hampir 7 tahun saya fokus pada bisnis online, aktifitas bisnis tetap berjalan bagaimanapun kondisi kita. Dan alhamdulillah banyak pelanggan yang bisa maklum dengan kondisi ini.
Saya berharap toko online saya, dengan brand Griya Muslimah Bogor, dapat saya wariskan kepada anak-anak. Saya ingin anak-anak saya meneruskan usaha yang sudah saya rintis selama 13 tahun ini. Kalau pun nantinya mereka tidak terjun langsung sebagai pengusaha, minimal sudah saya tanamkan jiwa wirausaha pada diri mereka sejak dini. Karena menurut saya seseorang yang mempunyai jiwa wirausaha, apa pun profesinya, akan mempunyai nilai lebih dibandingkan dengan orang yang biasa-biasa saja. Orang yang berjiwa ENTREPRENEUR akan senantiasa menggali potensi dirinya semaksimal mungkin, sehingga menjadi sesuatu yang ‘bernilai jual’.
#REPOST dari www.griyamuslimahbogor.blogspot.com

Rabu, 26 Oktober 2016

MADIUN ...

Bila bisa diulang, episode saya sekolah di Madiun ingin saya hapus saja. Haha ...Keputusan saya untuk sekolah dan kost di Madiun adalah untuk mewujudkan cita-cita saya, yaitu menjadi diplomat atau minimal menjadi ahli bahasa. Walaupun kenyataannya takdirnya lain. :D
Info tentang sekolah Islam di Madiun itu sebenarnya dari Bapak juga. Bapak saya bekerja di Dikbud dan mendapat sebuah brosur tentang sekolah swasta Islam di Madiun. Sekolah itu punya jurusan bahasa alias A4 yang (katanya) bagus. Padahal sebenarnya saya sudah diterima di sebuah SMA negeri favorit di Bojonegoro. Galau. Akhirnya saya sholat istikharah. Ternyata mantap, pilih sekolah di Madiun.
Orangtua setuju dan mendukung penuh. Karena mungkin dalam pandangan mereka, sebuah cita-cita yang dirintis sejak awal, akan menghasilkan sesuatu yang baik. Akhirnya saya pindah ke Madiun, ngekost. Dan saya jadi sekolah di SMA Islam (borju) dengan tekad kuat masuk ke jurusan A4, ketika kelas 2 nanti. Hihi ... saya katakan borju karena memang SMA saya itu adalah sekolah swasta Islam, tapi seragamnya nggak pakai kerudung. Anak-anak yang sekolah di situ pun jauh dari tingkah laku Islami. Luar biasah ... Tapi yang sudah terjadi enggak boleh disesali kan? Kita ambil hikmah aja ... walau remuk redam hati ini #halah ... :p
SMA saya ini mempunyai seorang kepala sekolah yang luar biasa menurut saya. Mungkin kalau jaman sekarang bisa dibilang 'jago branding'. Beliau punya pemikiran, visi, dan misi yang sangat jauh ke depan. Kalau saat ini dikenal adanya teori 'multiply intelegence', beliau sepertinya sudah menerapkan hal itu. Bahwa setiap orang punya kecerdasan yang berbeda-beda. Orang yang pandai itu bukanlah orang yang pandai matematika atau ilmu-ilmu pasti. Tapi bisa jadi seorang anak itu cerdas berbahasa, atau pandai menari, atau pandai berbisnis. Makanya di SMA saya itu ekstrakurikuler sangat digalakkan. Dengan harapan, alumni-alumni situ bisa bekerja dengan ketrampilan yang mereka miliki, karena selain kepandaian otak, menguasai sebuah ketrampilan adalah nilai plus.
Beliau adalah orang yang sangat kreatif dalam mengemas event. Saya katakan jago branding, kenapa? SMA saya ini selama bertahun-tahun, bahkan mungkin belasan tahun terkenal sebagai SMA swasta yang bagus di luar kota Madiun. Bapak kepala sekolah ini sangat aktif mengikutkan siswa-siawinya di berbagai event. Selain itu beliau adalah seorang motivator ulung, kaya-kata beliau selalu penuh motivasi dan optimisme yang tinggi. Itulah gambaran kepala sekolah SMA saya yang warbiyasak ...
Selain tentang kepala sekolah, teman-teman SMA saya juga 'ajib-ajib' menurut saya. Pergaulan dan 'kenakalan' mereka di luar gambaran saya. Meskipun enggak semua nakal ya, ada juga yang baik-baik dan Islami. Saya sempat berpikir, bagaimana orangtua mereka ya? Kok anaknya bisa sampai se'nakal' itu? Saya pun sebetulnya juga ikut terbawa arus, tapi saya masih punya prinsip tegas, mana yang masih bisa saya tolerir, dan mana yang harus saya jauhi. Saya enggak mau masa depan saya hancur. Termasuk, keheranan saya dengan seorang kakak kelas yang pindah sekolah, gara-gara putus cinta. Hellow ... cuma putus cinta bisa segitunya? Sedih berlebihan. Hihi ... Banyaklah pokoknya kejadian-kejadian yang saya jadikan pelajaran hidup setelah saya menjadi orangtua.
Dari berbagai pengalaman hidup itu, membuat saya sangat berhati-hati menyekolahkan anak-anak. Saya harus memastikan mereka di lingkungan yang selalu baik, guru yang baik, teman-temannya yang baik, juga oarangtua yang satu visi dengan saya. Dan saya belajar, bahwa peran orangtua itu sangat besar dalam membimbing anak-anaknya hingga dewasa. Membimbing dengan kedekatan emosi dan itu tidak bisa dibangun dalam sekejap. Prosesnya panjang dan terus menerus.
Saya selalu ceritakan apa yang saya alami kepada bapak dan ibu saya, meskipun akhirnya saya harus dimarahi karena saya salah. Dengan selalu cerita, saya jadi tahu mana yang benar dan mana yang salah. Demikian juga yang saya terapkan pada anak-anak saya. Apapun yang mereka alami, biasanya mereka ceritakan pada saya. Jadi rambu-rambu baik dan benar, ada di tangan orangtua.
Gitu dulu deh ya, nanti disambung lagi. Insya Allah ;)

Semua orang Madiun tahu lambang ini :D
Ini rumah tempat kost saya dulu. Nemu foto ini waktu kemarin pulang ke Bojonegoro :D

Senin, 01 Agustus 2016

KETINGGALAN KERETA MUDIK

Menikah selama 18 tahun, itu artinya kami sudah menjalani ritual mudik selama hampir 18 kali. Saya katakan 'hampir', karena pernah juga kami gak mudik pas lebaran. Tapi orang tua kami dan adik-adik yang datang ke Bogor untuk lebaran di sini. Yaitu ketika saya melahirkan anak kedua dan ketiga, yang kebetulan bersamaan dengan bulan puasa dan lebaran.
Selama menjadi pemudik itu, ada beberapa peristiwa mudik yang kurang mengenakkan juga, salah satunya ketinggalan kereta api eksekutif Sembrani pas mudik tahun 2013. Peristiwa ini memang kesalahan kami. ini. Keberangkatan menuju stasiun Bogor terlalu mepet waktunya. Sehingga ketika terjadi masalah dengan kereta listrik, yang kami tumpangi, solusi dengan naik taksi malah memperparah keadaan.
Kami turun di stasiun Depok ketika KRL yang kami tumpangi berhenti agak lama itu. Sepertinya sedang mengalami masalah, entahlah. Ditambah si bungsu kami yang ketika itu berusia 1,5 tahun yang mulai rewel. Akhirnya kami putuskan naik taksi untuk melanjutkan perjalanan. Berharap segera sampai stasiun Gambir. Ternyata di luar perkiraan kami, jalanan di kota Depok sering macet, demikian juga dengan perjalanan kami dengan taksi ini. Walhasil, kami sampai stasiun Gambir sudah jam 20.30, sementara kereta yang harusnya kami tumpangi berangkat pukul 20.00. Serasa mimpi bisa ketinggalan kereta seperti ini. Lemes...kebayang juga uang senilai 3 jutaan yang hangus. Akhirnya kami balik ke Bogor naik taksi. Karena sudah tidak ada pilihan lain.
Cobaan kali ini tidak sampai di sini. Kunci rumah dan mobil sudah telanjur kami titipkan tetangga. Parahnya lagi suami ternyata tidak membawa kunci cadangan. Sekitar jam 22.00 kami sampai rumah. Ketuk-ketuk pintu rumah tetangga, yang kami titipin kunci gak dibukain juga, akhirnya kami malam itu tidur di masjid dekat rumah. Huhu...pilu
Baru keesokan harinya, pas waktu subuh, suami bisa ngambil kunci rumah kami di tetangga. Di rumah kami galau juga, karena sedih membayangkan bapak ibu saya yang gak jadi ketemu anak cucunya. Tebayang ibu saya yang sudah menyiapkan aneka makanan untuk menyambut kedatangan kami. Dan yang pasti kami sudah booking tiket pesawat 10 hari ke depan, masak hangus juga?  Trus ngapain juga kami stay di bogor tanpa sanak saudara yang bisa kami kunjungi. Galau man... :D
Ketenangan dan kesabaran hati memang dibutuhkan di saat-saat seperti ini. Suami lalu berusaha mencari tiket kereta lagi dengan datang langsung ke stasiun Gambir. Tapi tanpa hasil. Saya di rumah pun, memikirkan cari solusi terbaik.  Baju-baju di dua koper sengaja nggak saya bongkar, dengan harapan siapa tahu kami masih bisa mudik. Kami tidak mau menyerah... wkwk
Sebenarnya, ibu bapak saya sih sudah ikhlas kalau kami tidak mudik. Tapi saya belum mau menyerah dengan keadaan ini. Kami harus mudik! Akhirnya saya iseng-iseng browsing tiket pesawat. Akhirnya dapat daftar tiket pesawat lumayan murah untuk besok. City Link dengan harga tiket 350rb/orang dengan tujuan Surabaya, lebih murah dari tiket kereta api kami yang hangus... Yeay akhirnya kami bisa mudik :D. Alhamdulillah...
Biarlah uang tiket kereta kami hangus. Semoga Allah menggantikan dengan rizki kami dengan yang lebih banyak lagi, karena niat kami mudik adalah semata-mata untuk menyenangkan hati orang tua dan sebagai wujud bakti kami kepada orang tua.


Minggu, 31 Juli 2016

KERUDUNG INNOVA, PAS BUAT REMAJA SHALIHAH

Sejak dahulu kala, kerudung Rabbani emang jadi favorit anak-anak remaja. Termasuk anak saya dan keponakan.  Kenapa? Karena memang enak dipakainya, pas di wajah. Jadi terasa nyaman. Kalau dalam bahasa Jawa, nggak mrusut-mrusut. Hehe...
Nah, sekarang ceritanya lagi demam lagi nih kerudung model Innova di kalangan anak-anak sekolah. Terutama innova yang warna putih. Sekarang namanya jadi 'Great Innova'. Model kerudung ini sebenarnya model lama, tapi sampai sekarang masih jadi favorit anak-anak sekolah. Seperti apa sih model terbaru 'Great Innova'?



Kayak gitu Bunda modelnya. Sederhana kan sebenarnya. Nah, karena sederhana inilah yang jadi daya tarik 'Great Innova'. Modelnya cuma lancip di bagian dada dan dihiasi renda kecil di belakang kepala. Sederhana dan simpel kalau saya bilang.
Anak-anak ABG kita suka yang model-model sederhana kayak gitu. Selain memang merk Rabbani sudah terjamin kualitasnya. Hingga disebut dengan Profesor Kerudung Indonesia. Jadi, memang 'Great Rabbani' layak jadi pilihan ananda kita yang sedang bersemangat menutup aurat ke sekolah.

Senin, 09 Mei 2016

IBU MENGAJARIKU BAHAGIA

Selalu terngiang pesan ibu: Kowe sing sabar ya nduk, sing pinter nek momong anak. Atau di lain waktu, beliau menasehati: sing sabar, ora usah dipikir nemen-nemen, ngko ndak malah lara. Anakmu isih cilik-cilik. Begitu selalu nasehat ibu, dalam bahasa Jawa, setiap kali saya menelepon ibu seminggu sekali.
Sepertinya tidak ada satu pun ibu di dunia ini yang ingin anaknya susah. Pasti semua ibu ingin anak-anaknya hidup bahagia. Kebahagiaan seorang anak adalah kebahagiaan ibu juga. Meskipun anaknya itu sudah berkeluarga, tetap saja naluri seorang ibu masih ingin memberikan yang terbaik buat anaknya. Apakah itu berupa nasehat, berupa materi, ataupun berupa tenaga dan pikiran. Bahkan, tak jarang seorang ibu yang masih membantu mengasuh cucu-cucunya dengan ikhlas. Karena hanya berharap anaknya bisa bekerja di luar rumah dengan tenang.
Demikian juga dengan ibu saya. Di usia saya yang sudah 40 tahun, ibu saya masih sering mengingatkan saya untuk berhati-hati menjaga rumah, jangan lupa matikan api, pintu-pintu dicek lagi kalau mau tidur, dan lain-lain. Termasuk juga dalam masalah kesehatan, misalnya dengan selalu mengingatkan saya untuk menjaga pola makan, makan tidak berlebihan, rajin cek kondisi tubuh, dan lain sebagainya. Itulah seorang ibu, beliau hanya menginginkan anaknya selalu dalam kondisi yang baik-baik saja. Itulah arti kebahagiaan bagi seorang ibu.
Dari ibulah kita belajar apa arti sebuah kebahagiaan. Dan kebahagiaan yang sebenarnya adalah adanya kasih sayang seorang ibu. Betapa banyak anak-anak yang tidak semasa hidupnya tidak dapat merasakan belaian sayang ibunya, entah karena ibunya meninggal ketika dia masih bayi ataupun karena adanya perceraian. Dalam lubuk hati mereka pasti tersimpan kerinduan akan belaian seorang ibu. Bahkan mungkin juga terselip rasa iri melihat teman-temannya yang bisa bermanja-manja dengan ibunya.
Salah satu pelajaran tentang arti sebuah kebahagiaan dari ibuku adalah tentang makna syukur dan sabar. Yaitu selalu bersyukur apapun kondisi kita dan bersabar. Mau susah ataupun senang, semuanya harus kita syukuri. Niscaya kita akan senantiasa merasakan kebahagiaan.
Ibu selalu mengingatkan saya untuk selalu bersabar dalam segala keadaan dan bersyukur dalam situasi apa pun. Rasa syukur itulah yang membuat kita senantiasa merasa bahagia.
Tak hanya mengajari tentang bagaimana untuk selalu berbahagia, bahkan ibu pun memberi contoh dalam kehidupan sehari-hari. Ketika ibu butuh uang yang agak banyak untuk sebuah keperluan rumah tangga dan ketika itu mungkin belum tercukupi, ibu nggak pernah menunjukkan sikap sedih atau pun berkeluh kesah. Tetap seperti biasa. Sebagaimana pesan beliau kepada saya: "Kamu punya uang atau pun tidak, gak usah kamu perlihatkan kepada orang lain, cukup kita sendiri yang tahu." Itulah kebahagiaan yang sesungguhnya. Mempunyai ibu yang selalu memperhatikan dan menyayangi kita sepanjang hayat,dengan tulus, tanpa pamrih.
  Note: ditulis dalam rangka ikut lomba di Gadget Muslimah Desember 2015

IBU, BISNIS, DAN NULIS

Bagi saya berbisnis dan menulis adalah sebuah refresing. Bisnis dan nulis adalah sarana bagi saya untuk melepaskan kepenatan sebagai seorang ibu rumah tangga. Tak bisa dipungkiri bahwa menjadi seorang ibu rumah tangga murni atau full time mother terkadang membosankan. Kenapa? Karena dari bangun tidur hingga tidur lagi, berkutat dengan itu-itu saja, kadang terasa monoton dan membosankan. 
Bukan berarti nggak ikhlas berprofesi sebagai ibu rumah tangga lho ya...tapi lebih kepada bisa menjalani profesi sebagai ibu rumah tangga dengan bahagia, tulus, dan ikhlas. Kalau kita ikhlas menjalaninya, insya Allah berpahala dan bernilai ibadah. Ikhlas dan bahagia itu kuncinya.
Untuk selalu menjaga keikhlasan dan rasa bahagia itu, mungkin setiap orang punya trik sendiri-sendiri. Kalau saya dengan berbisnis dan menulis cukup menjadikan diri saya sedikit rileks. 
Dengan berbisnis kita bisa sejenak melepaskan sedikit rutinitas sebagai ibu rumah tangga. Bayangkan, pekerjaan seorang ibu rumah tangga, jika nggak ada asisten rumah tangga bisa 12 jam sehari, apalagi bila ditambah dengan tugas mengasuh anak. Kalau kita menjalaninya tanpa keikhlasan dan gembira, akan terasa berat dan membosankan.
Pekerjaan mengasuh anak adalah pekerjaan yang sangat menguras jiwa dan raga. Pekerjaan yang kadang sangat menguras emosi. Kalau seorang ibu rumah tangga tidak bisa mengelola emosinya dengan baik, ketika ada perasaan marah yang tak tersalurkan, terkadang yang menjadi sasaran adalah anaknya. Padahal yang namanya anak-anak itu tidak selamanya bisa bersikap ‘nice’ sepanjang hari. Ada kalanya, seorang anak dalam usia tumbuh kembang ada yang membuat kita marah atau jengkel. Atau ketika kita sedang berselisih pendapat dengan suami dan tidak terlampiaskan emosi kita, anak akan jadi sasaran. Oleh karena itu, seorang ibu rumah tangga butuh ‘me time’, waktu untuk sekedar relaksasi diri, melepaskan beban yang seharian diembannya.
Nah, dengan berbisnis saya merasakan ada nuansa lain, dengan menulis saya merasa ada tambahan spirit. Merasa punya energi baru, energi yang terbarukan. Menjadi semangat lagi menghadapi tantangan. 
Wanita itu sebenarnya diciptakan multitasking alias banyak kebisaan, bisa nyambi beberapa pekerjaan sekaligus. Ketika masak, bisa nyambi ngasuh, nyambi nyuci piring, dan lain-lain. Sebagai seorang ibu, wanita juga bisa nyambi berbisnis atau memanfaatkan waktu dengan menulis. Ada yang sekedar hobby saja ataupun dikembangkan menjadi profesi. Makanya, potensi wanita, kalau kita gali lebih dalam lagi bisa menakjubkan. Tak hanya piawai mengatur urusan rumah tangga, seorang ibu kadang juga piawai berbisnis, bahkan bisa menulis dengan apik. Sebuah anugerah yang luar biasa dari Allah. Maka, jangan sia-siakan waktu dan kemampuan kita. 

 Note: ditulis dalam rangka ikut lomba di emak pintar asia, Desember 2015 dan menang. Dapat hadiah LM 1gr

Minggu, 08 Mei 2016

IBU ADALAH SUMBER KEBAHAGIAAN

Sakit flu kemarin, demam dan pusing, serta hidung mampet membuatku harus tergeletak tanpa mengerjakan apa pun. Seharian hanya tiduran aja. Aktifitas rumah tangga dan menemani anak-anak digantikan oleh suami, karena kalau hari ahad asisten rumah tangga libur.

Dan pagi tadi karena sudah agak baikan, saya sudah bangun dari tempat tidur untuk menyiapkan sarapan dan perlengkapan anak-anak yang mau ke sekolah. Melihat saya sudah beraktifitas, salah seorang anak saya bertanya: ummi sudah sembuh? Nanti ummi sakit lagi nggak? Belum sempat saya jawab pertanyaannya, anak ke-3 saya bangun tidur juga langsung menanyakan kondisi saya, apakah ummi sudah sembuh? Terharu saya mendengarnya. Saya katakan pada mereka: alhamdulillah, ummi sudah membaik, semoga nggak sakit-sakit lagi ya. Dan mereka pun langsung tersenyum senang.
Hari ini pun, ketika anak-anak pulang sekolah, pertama kali yang ditanyakan juga: ummi sudah sembuh? Termasuk komentar suami: saya senang kalau ummi sudah ceria lagi. Hehehe..

Begitulah seorang ibu, dia selalu dinantikan keberadaannya oleh seluruh anggota keluarganya, terutama anak-anak. Ketika anak-anak pulang sekolah, pasti yang ditanyakan atau yang dicari adalah ummi. Biasanya yang diucapkan: ummi mana? Kalau misal , karena sesuatu hal saya harus keluar rumah dan belum pulang ketika anak saya pulang sekolah, biasanya dia akan protes: ummi, kalau aku sekolah, ummi jangan pergi ke mana-mana ya.

Jadi, mungkin anak-anak yang sudah terbiasa ibunya selalu ada di sampingnya, akan sangat merasa ‘kehilangan’ ketika si ibu itu nggak kelihatan batang hidungnya. Terutama ketika mereka pulang sekolah. Karena mungkin ada banyak hal yang ingin mereka ceritakan pada ibu tentang apa yang terjadi di sekolah tadi. Cerita tentang masalah teman, tentang apa kata bu guru, dan lain-lain. Meski tanpa kita tanya sebelumnya, kadang mereka refleks bercerita tentang apa yang mereka alami di sekolah. Bercerita kepada ibu mungkin sesuatu yang membuat mereka nyaman.

Saya sendiri sudah berkomitmen untuk sudah selalu ada di rumah ketika anak-anak pulang sekolah atau ketika suami ada di rumah. Dan berusaha tidak beraktifitas yang lain ketika anak-anak ada di rumah, selain menemani mereka bermain, belajar atau menonton. Kalaupun harus keluar, biasanya selalu ada anak-anak di belakang saya.

Begitulah ibu adalah sumber kebahagiaan bagi orang-orang di sekitarnya. Apa yang dirasakan atau sesuatu kondisi yang menimpa seorang ibu akan dirasakan juga oleh orang-orang di sekitarnya.



Tentangmu

Saat itu Aku bertekad akan melupakanmu, melupakan kisah kita, melupakan semua tentangmu. 

Aku ingin memulai hidupku yg baru, kehidupan tanpamu karena Allah ...

Kupasrahkan angan dan jiwaku padaNya.. 

Dengan janjiku padamu, bila kita memang berjodoh, Allah akan pertemukan kita kembali ...

Aku tak tahu apa yang akan terjadi dalam hidupku kemudian... 

Hanya pasrah dan harapan yang besar kusandarkan pada kekuasaanMu ya Allah... 

Kupasrahkan diriku padaMu, pada kuasa dan kehendakMu. 

Kau Maha Tahu yang terbaik buatku...

Aku ingin bersanding dengan seseorang yang halal karenaMu.

Cinta karenaMu dalam pernikahan yang islami...

 

Belajar Menulis Artikel SEO dan Langsung Bisa Magang, Hanya di Sini!

Sudah lumayan lama sebenarnya saya mengisi waktu luang dengan menulis dan mendapatkan cuan dari aktivitas ini. Pernah pula belajar menulis ...