Bila bisa diulang, episode saya sekolah di Madiun ingin saya hapus saja. Haha ...Keputusan saya untuk sekolah dan kost di Madiun adalah untuk mewujudkan cita-cita saya, yaitu menjadi diplomat atau minimal menjadi ahli bahasa. Walaupun kenyataannya takdirnya lain. :D
Info tentang sekolah Islam di Madiun itu sebenarnya dari Bapak juga. Bapak saya bekerja di Dikbud dan mendapat sebuah brosur tentang sekolah swasta Islam di Madiun. Sekolah itu punya jurusan bahasa alias A4 yang (katanya) bagus. Padahal sebenarnya saya sudah diterima di sebuah SMA negeri favorit di Bojonegoro. Galau. Akhirnya saya sholat istikharah. Ternyata mantap, pilih sekolah di Madiun.
Orangtua setuju dan mendukung penuh. Karena mungkin dalam pandangan mereka, sebuah cita-cita yang dirintis sejak awal, akan menghasilkan sesuatu yang baik. Akhirnya saya pindah ke Madiun, ngekost. Dan saya jadi sekolah di SMA Islam (borju) dengan tekad kuat masuk ke jurusan A4, ketika kelas 2 nanti. Hihi ... saya katakan borju karena memang SMA saya itu adalah sekolah swasta Islam, tapi seragamnya nggak pakai kerudung. Anak-anak yang sekolah di situ pun jauh dari tingkah laku Islami. Luar biasah ... Tapi yang sudah terjadi enggak boleh disesali kan? Kita ambil hikmah aja ... walau remuk redam hati ini #halah ... :p
SMA saya ini mempunyai seorang kepala sekolah yang luar biasa menurut saya. Mungkin kalau jaman sekarang bisa dibilang 'jago branding'. Beliau punya pemikiran, visi, dan misi yang sangat jauh ke depan. Kalau saat ini dikenal adanya teori 'multiply intelegence', beliau sepertinya sudah menerapkan hal itu. Bahwa setiap orang punya kecerdasan yang berbeda-beda. Orang yang pandai itu bukanlah orang yang pandai matematika atau ilmu-ilmu pasti. Tapi bisa jadi seorang anak itu cerdas berbahasa, atau pandai menari, atau pandai berbisnis. Makanya di SMA saya itu ekstrakurikuler sangat digalakkan. Dengan harapan, alumni-alumni situ bisa bekerja dengan ketrampilan yang mereka miliki, karena selain kepandaian otak, menguasai sebuah ketrampilan adalah nilai plus.
Beliau adalah orang yang sangat kreatif dalam mengemas event. Saya katakan jago branding, kenapa? SMA saya ini selama bertahun-tahun, bahkan mungkin belasan tahun terkenal sebagai SMA swasta yang bagus di luar kota Madiun. Bapak kepala sekolah ini sangat aktif mengikutkan siswa-siawinya di berbagai event. Selain itu beliau adalah seorang motivator ulung, kaya-kata beliau selalu penuh motivasi dan optimisme yang tinggi. Itulah gambaran kepala sekolah SMA saya yang warbiyasak ...
Selain tentang kepala sekolah, teman-teman SMA saya juga 'ajib-ajib' menurut saya. Pergaulan dan 'kenakalan' mereka di luar gambaran saya. Meskipun enggak semua nakal ya, ada juga yang baik-baik dan Islami. Saya sempat berpikir, bagaimana orangtua mereka ya? Kok anaknya bisa sampai se'nakal' itu? Saya pun sebetulnya juga ikut terbawa arus, tapi saya masih punya prinsip tegas, mana yang masih bisa saya tolerir, dan mana yang harus saya jauhi. Saya enggak mau masa depan saya hancur. Termasuk, keheranan saya dengan seorang kakak kelas yang pindah sekolah, gara-gara putus cinta. Hellow ... cuma putus cinta bisa segitunya? Sedih berlebihan. Hihi ... Banyaklah pokoknya kejadian-kejadian yang saya jadikan pelajaran hidup setelah saya menjadi orangtua.
Dari berbagai pengalaman hidup itu, membuat saya sangat berhati-hati menyekolahkan anak-anak. Saya harus memastikan mereka di lingkungan yang selalu baik, guru yang baik, teman-temannya yang baik, juga oarangtua yang satu visi dengan saya. Dan saya belajar, bahwa peran orangtua itu sangat besar dalam membimbing anak-anaknya hingga dewasa. Membimbing dengan kedekatan emosi dan itu tidak bisa dibangun dalam sekejap. Prosesnya panjang dan terus menerus.
Saya selalu ceritakan apa yang saya alami kepada bapak dan ibu saya, meskipun akhirnya saya harus dimarahi karena saya salah. Dengan selalu cerita, saya jadi tahu mana yang benar dan mana yang salah. Demikian juga yang saya terapkan pada anak-anak saya. Apapun yang mereka alami, biasanya mereka ceritakan pada saya. Jadi rambu-rambu baik dan benar, ada di tangan orangtua.
Gitu dulu deh ya, nanti disambung lagi. Insya Allah ;)
Ini rumah tempat kost saya dulu. Nemu foto ini waktu kemarin pulang ke Bojonegoro :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar