Menikah adalah fase kehidupan yang dianggap sangat sakral dan bukan sekedar bermain peran. Menikah itu erat kaitannya dengan masa depan, dunia dan akhirat. Menyangkut masa depan anak-anak kelak dan hubungan dua keluarga. Namun, sebuah pernikahan memiliki arti yang lebih mendalam daripada itu.
Jadi memang harus serius saat mempersiapkannya. Dimulai memilih calon suami atau istri. Kalau istilah zaman sekarang, menikah itu bukan kaleng-kaleng. Menikah bukan ajang perlombaan. Jangan menikah karena takut disebut 'gak laku'. Atau jangan menikah karena tuntutan lingkungan.
Menikah adalah topik yang selalu menarik untuk dibahas, tak akan ada habisnya. Berikut ini adalah serba-serbi menikah:
Menikah itu indah, kalau
- Suami dan istri saling pengertian
Salah satu tips pernikahan yang bahagia adalah adanya pengertian antara suami dan istri serta saling memahami.
- Suami dan istri mau saling membantu
Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam pun sehari-hari tak segan membantu istrinya. Membantu istri tak akan menurunkan martabat seorang suami menurut saya. Untuk orang lain saja kita dianjurkan untuk salin tolong menolong. Tentu demikian juga harusnya dengan pasangan kita sendiri, kan?
- Suami dan istri saling melengkapi
Tak ada manusia yang sempurna. Menjadi sepasang suami istri berarti harus siap untuk saling melengkapi. Setiap orang diciptakan punya karakter unik. Imbasnya pasti setiap keluarga itu punya keunikan masing-masing. Tak ada yang sama.
Bagi kita yang tidak menganut budaya pacaran sebelum menikah, karakter atau kepribadian calon pasangan bisa didapat dari info sahabat atau keluarga dekatnya. Namun, jika kekurangannya baru kita ketahui setelah menikah dan masih bisa ditolerir, ya sama-sama saling memahami saja. Toh, pasti masih banyak kelebihan si dia. Jangan fokus pada kekurangannya.
"Janganlah seorang mukmin membenci seorang mukminah. Jika ia tidak menyukai salah satu akhlaknya, hendaklah ia menyenangi akhlaknya yang lain." (HR. Muslim)
Jangan takut menikah, karena
- Menikah itu ibadah
Tujuan utama pernikahan adalah menjauhkan diri dari perbuatan maksiat. Namun ada yang lebih penting dari itu, yaitu menjalankan sunah Rasul dan mengamalkan sunahnya adalah termasuk ibadah kepada Allah.
"Nikah itu adalah sunah-ku. Barangsiapa membenci sunahku, bukanlah bagian dari kami." (HR. Bukhari Muslim)
Penghargaan Islam terhadap ikatan pernikahan itu besarsekali. Allah menyebutnya sebagai ikatan yang kuat " mitsaqan ghaliidha", dalam surat An Nisa: 21.
" ... Dan mereka (istri-istrimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat." (QS. An Nisa: 21)
- Menikah itu adalah tuntutan naluri manusia yang asasi
Bagi yang sudah mampu menikah, dianjurkan untuk segera menikah karena menikah merupakan fitrah dan tuntutan naluri manusia. Naluri manusia itu dipenuhi oleh hawa nafsu, salah satunya rasa tertarik kepada lawan jenis. Untuk itu, menikah adalah solusi yang benar.
Jika naluri dan fitrah ini tidak tersalurkan dengan benar, akan terjadi banyak kemaksiatan. Seperti, pacaran, perzinaan, kumpul kepo, dan uyang semisalnya. Jadi, agama Islam memberikan petunjuk yang benar dengan mendorong untuk segera menikah bagi yang sudah mampu.
Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam bersabda: "Wahai para pemuda! Barangsiapa dianatar kalian berkemampuan untuk nikah, maka menikahlah. Karena meikah itu lebih menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia puasa, karena puasa itu dapat membentengi dirinya." (HR. Bukhari Muslim)
- Menikah itu menyempurnakan agama
Menikah itu sebanding dengan separuh agama, sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam: "Barangsiapa yang menikah, maka ia telah melengkapi separuh dari agamanya. Dan hendaknya ia bertakawa kepada Allah dalam memelihara yang separuhnya lagi." (HR. Ath Thabrani. Hasan)
- Menikah itu adalah sebuah kebahagiaan
Islam melarang hidup membujang dan tidak ingin menikah. Anas bin Malik radhiallahu 'anhu berkata: "Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam memerintahkan kami untuk menikah dan melarang kami membujang dengan larangan yang keras.
Menikah untuk mencapai sebuah kebahagiaan. Meskipun ada juga yang harus mengalami pernikahan yang pahit. Akan tetapi, pada dasarnya menikah itu untuk bahagia dan sebenarnya tak ada juga, orang yang menginginkan adanya perpisahan.
Menikahlah:
- Jika Kamu yakin bahwa bersamanya, akan jadi lebih baik
Tak hanya dalam sebuah persahabatan, terdapat kaidah umum "Pilihlah teman dan lingkungan yang baik", dalam pernikahan pun berlaku aturan demikian. Pilihlah calon pasangan yang bisa membawamu ke arah yang lebih baik. Atu kata-kata indahnya adalah "Pilihlah seseorang yang mampu membuatmu merasakan bahwa surga Allah amat dekat."
Dalam memilih sahabat, Islam menggambarkannya dengan seorang pandai besi dan penjual minyak wangi.
"Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap." (HR. Bukhari Muslim)
Ibaratnya, dalam memilih sahabat atau teman saja tak bisa sembarangan. Apalagi dalam memilih calon pendamping hidup, kan ya? Harus lebih hati-hati laki karena kita akan seumur hidup bersamanya. Baik dan buruknya pasangan kita, pasti akan berimbas pada kita juga.
Seorang pendamping hidup yang baik, pasti akan selalu mengingatkan tentang kebaikan-kebaikan dan tidak akan membiarkan kita dalam kejelekan. Bersama-sama untuk berubah ke arah yang lebih baik. Membawa pengaruh yang positif dalam hidup kita.
- Jika Kamu yakin dia akan menjadi imam yang baik
Seorang laki-laki adalah pemimpin bagi keluarganya dan akan dimintai pertanggungjawabannya kelak.
"Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya. Amir (kepala negara) adalah peimpin manusia secara umum, dan dia akan dimintai pertanggungjawaban atas mereka. Seorang suami dalam keluarga adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas mereka. Seorang istri adalah pemimpin di dalam rumah tangga suaminya dan terhadap anak-anaknya, dan dia akan dimintai pertanggungjawaban atas mereka. Seorang hamba sahaya adalah pemimpin dalam urusan harta tuannya, dia akan dimintai pertanggungjawaban atasnya. Ketahuilah, bahwa setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas siapan yang dipimpinnya." (HR. Bukhari Muslim)
Jika Kamu yakin bahwa si dia akan bisa membimbingmu menjadi pribadi yang lebih baik lagi atau bisa menjadi ayah yang baik bagi anak-anaknya kelak, maka menikahlah. Salah satu hak anak adalah memilihkan orang tua yang baik baginya.
- Meski Kamu belum mapan
Menikah tak harus menunggu mapan dan kaya. Mungkin ada yang ragu akan menikah karena merasa belum mapan atau karena khawatir tak bisa memenuhi kebutuhan rumah tangga.
Di beberapa tulisan dikatakan "Menikahlah saat Kamu belum mapan. Supaya tahu rasanya berjuang. Supaya anak-anakmu tahu
Faktor ekonomi memang penting di masa depan. Namun faktanya, tak banyak laki-laki yang sudah mapan di usia muda. Yang penting calon pendampingmu punya kriteria yang bisa diandalkan, yaitu smart, pekerja keras, dan gigih. Tak perlu ragu menikah dengannya. Menikah itu akan membuka pintu rezeki, sesuai janji Allah.
"Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memberikan kemampuan kepada mereka dengamn karunia-Nya. Dan Allah Mahaluas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui." (An Nuur: 32)
"Ada tiga golongan manusia yang berhak mendapat pertolongan Allah, yaitu mujahid fi sabilillah, budaak yang menebus dirinya supaya merdeka, dan orang yang menikah karena ingin memelihara kehormatannya." (HR. Ahmad. Hasan)
Banyak bukti bahwa setelah menikah menjadi lebih sukses, kan? Yang penting, seorang suami harus mempunyai tekad untuk sanggup memberi nafkah dan terus bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Jadi, menikah tak harus menunggu mapan, yang penting Kamu sudah mempunyai pekerjaan dan mau berusaha.
Bogor, 14 Juli 2020